Cari Blog Ini

Jumat, 14 Januari 2011

SULITNYA MENCARI AIR SEHAT

Air sehat, dimanakah kita mencarinya ?   by   "Saut Hydro Filter"

Jakarta – Air bersih belum berarti sehat. Dari berbagai data yang dikumpulkan, dapat disimpulkan hampir mustahil kita menemukan air sehat di berbagai bagian bumi ini. Bersih secara fisik, bukan berarti sehat. Berbagai kandungan unsur di dalamnya, ternyata secara diam-diam tetap saja menghantui kadar kesehatan seseorang. Sebuah kenyataan yang selalu mengembalikan kita pada teori awal, bahwa air bersih hanyalah air yang telah dimasak.
Dalam sebuah artikelnya, majalah National Geographic pernah mengungkapkan apabila semua air yang ada di bumi diumpamakan dalam sebuah galon, maka kita hanya kebagian sesendok air tawar yang bisa diminum. Hal ini menunjukkan sangat sedikit sekali unsur terpenting dalam tubuh tersebut yang bisa disediakan bumi. ”Padahal rata-rata 60 persen bagian tubuh manusia terdiri dari air,” ungkap seorang ahli penyakit infeksi bernama Dr. Ni Made Merteniasih, dr., MS., Sp.MK., dalam sebuah kesempatan.
Kemudian keminimalan unsur cair tersebut kini harus dihadapkan juga pada kenyataan sedikitnya air bersih yang bisa didapat. Dalam hal ini kita harus menyingkirkan dahulu pandangan bahwa air yang tidak berasa, berbau dan berwarna merupakan nilai minimal yang bisa dipegang. Karena pada kenyataannya, ketiga patokan tersebut tidaklah mampu menghindarkan kita dari penyakit karena air. Seperti juga yang diungkapkan Melinda J. Wilkins, DVM, MPH dan Valerie Garnett, MD dari studi mereka yang dipublikasikan dalam jurnal Archives of Family Medicine. Dalam tulisannya kedua ahli masalah air tersebut mengungkapkan bahwa sebenarnya kandungan berbagai asal air di muka bumi ini hanya mengandung 5 persen dari kadar fluorid yang dianjurkan. ”Jangan percaya juga pada air kemasan,” ungkap mereka. ”Karena ternyata air kemasan tidak menjamin air aman dari bakteri salmonela, yang menyebabkan diare.”
Tercemar
Kenyataan tersebut kemudian juga diperkuat oleh data dari Badan Pusat Statistik (BPS) 1999 yang menunjukkan bahwa rata-rata cakupan air di pedesaan baru mencapai 8,7 persen saja, namun 2,5 persen belum terbebas dari bakteri. Sedangkan di perkotaan, cakupan air bersih bisa dianggap lumayan karena mencapai angka 91,7 persen, namun mirisnya hanya 66,1 persen yang dinyatakan sehat.
Hal ini kemudian terasa wajar bila kita melihat keluaran penelitian Kementerian Lingkungan Hidup (KLH) melalui laporan Status Lingkungan Hidup Indonesia (SLHI) tahun 2003. Dalam laporan tersebut diungkapkan bahwa pencemaran air di daratan umumnya terjadi pada air permukaan yang meliputi sungai, danau/situ, selain juga pencemaran air laut. ”Penyediaan air bersih masih menjadi masalah sampai sekarang ini. Di beberapa daerah di Indonesia meskipun tidak terjadi defisit air pada musim kering, namun air yang kualitasnya baik juga sulit ditemukan,” ucap Deputi VII Kementerian Lingkungan Hidup, Masnellyarti Hilman, M.Sc.
Menurutnya hal ini terbukti dari hasil pemantauan kualitas air sungai di Indonesia pada tahun 2003 dengan frekuensi dua kali setahun. Dari hasil pemantauan tersebut dapat dikatakan mayoritas kadar BOD tidak memenuhi kriteria mutu kualitas air kelas I berdasarkan PP no. 82 tahun 2001.
Akut atau Kronik
Berbagai kenyataan mengenai minimnya air sehat yang bisa didapat pada akhirnya menimbulkan pertanyaan, apakah dampak yang bisa timbul dari prospek tersebut. ”Air yang tercemar dapat menimbulkan masalah kesehatan yang bersifat akut ataupun kronik,” ucap Ni Made Merteniasih kemudian. Menurutnya akut berarti dalam hitungan jam atau hari dan bahkan mungkin langsung pada saat kita mengonsumsi air yang tercemar oleh mikroorganisme seperti bakteri atau virus, akan menyebabkan seseorang menjadi sakit perut. Sedangkan kronik berarti dampak yang akan terasa beberapa bulan atau beberapa tahun setelah kita mengonsumsi air yang tercemar. Dampak kronik kebanyakan disebabkan oleh bahan-bahan kimia dan sejenisnya yang dapat mengakibatkan penyakit-penyakit termasuk kanker, gangguan ginjal, dan hati atau kesulitan mendapatkan keturunan, bergantung jenis cemaran yang terdapat dalam air minum.
Pendapat tersebut terasa mengerikan bila kita menyangkutkan masalah ini pada beberapa berita terakhir mengenai pencemaran air yang terjadi di Pante Buyat. Hingga kini hasil penelitian di sana menyebutkan bahwa terdapat enam sumur di sana yang dinyatakan tercemar oleh arsenik. Padahal kita tahu kadar arsenik yang berlebihan pada air, bisa menyebabkan sesorang menderita gejala kronik seperti yang diungkapkan Made Merteniasih sebelumnya.

Sumber : www.sinarharapan.com

Tidak ada komentar: